Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara 700 kaum muslimin melawan 3.000 kaum musyirikin. Sebanyak 70 syuhada gugur, di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib. Saat itu Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur yang berisi beberapa syuhada. Kecintaan Rasulullah SAW pada para syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.
Ketika memasuki areal Jabah Uhud dianjurkan memberi salam kepada para syuhada Uhud serta mendoakannya. Hingga kini, Jabal Uhud menjadi tempat penting untuk diziarahi oleh para jamaah haji dan umroh. Di tempat ini, biasanya banyak mutawwif yang memandu memimpin doa.
Di kompleks Jabal Uhud ini, jamaah umroh dan haji antara lain ziarah ke makam para syuhada yang di dalamnya ada makam Sayidina Hamzah. Selain makam syuhada Uhud, tempat bersejarah di Jabal Uhud ini adalah masjid al-Fash. Di masjid ini, Nabi pernah salat zuhur setelah Perang Uhud selesai.
Jabal Uhud merupakan gunung terbesar di Madinah, memiliki keliling sekitar 19.000 meter dan tinggi 1.000 meter dari permukaan air laut atau 300 meter dari permukaan tanah disana. jaraknya 1 kilometer di depan bukit Rumat atau juga disebut Jabal Ainain yang biasanya didaki jamaah umroh dan haji. Diatas jabal ainain ini, dulu pada saat perang Uhud, Rasulullah menempatkan pasukan pemanah.
Meski dilimpahi mukjizat, umat Islam dilarang meminta doa kepada para syuhada Uhud termasuk Sayidina Hamzah. Di Jabal Uhud dipasang papan penggumuman dalam berbagai bahasa yang salah satunya mengingatkan peziarah agar berdoa langsung kepada Allah SWT dan tidak minta safaat kepada para syuhada. Menziarahi Jabal Uhud ataupun ziarah kubur diperbolehkan untuk memperingatkan umat Islam akan kematian.